Lara

Melihatnya mengerucutkan bibir atau enggan makan kerap kali membuatku merana. Aku tidak mengerti gerangan apa yang membuatnya bertingkah demikian. Pulas senyumnya lenyap, matanya memandang kekosongan, dan bibirnya terkatup rapat.

Aku tidak tahu apa yang terjadi padanya. Jika me-reka ulang kehidupannya, menyebutkan satu persatu, hatiku terasa diiris-iris. Dia pernah bilang padaku, “Joko, aku lelah.”

Itu sebelum ia bisu. Sebelum ia hanya berbaring di ranjang. Pernah ia hilang akal. Tapi, sewaktu ia masih bisa merangkai kata meski ngawur isinya.

Aku tidak pernah memahami apa yang ada di kepala dan apa pula yang terjadi padanya. Suatu hari ia terjatuh dan terlelap seminggu. Semua orang bersyukur dan bilang itu adalah keajaiban. Namun itu tidak berlaku untuk Ajeng, nama wanita yang kubicarakan sejak tadi.

Ia melara. Ia menderita.

Orang bilang dengan bersakit-sakit seperti itu, ia dijanjikan surga.

Namun hidupnya masih saja menderita.

Leave a comment